PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan lahan yang terus meningkat menjadi penyebab dimanfaatkannya lahan
marginal seperti lahan rawa pasang surut sulfat masam. Dari 20.11 juta ha lahan
pasang surut yang ada di Indonesia, 6.7 juta ha adalah lahan sulfat masam.
Kalau digabungkan dengan lahan potensial (yang juga berpotensi sulfat masam) 2.07
juta ha lahan, maka jumlahnya mencapai 8.77 juta ha. Lahan sulfat masam merupakan
ekosistem yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian,karena arealnya
yang cukup luas sehingga mempunyai peran yang strategis dalam mendukung
peningkatan produksi beras nasional (Subiksa dan Diah, 2009).
Menurut Maas
(1989) tanah sulfat masam potensial dicirikan oleh adanya material sulfidik.
Material sulfidik adalah tanah mineral yang mengandung komponen sulfur yang
dapat teroksidasi. Ditambah oleh Subiksa dan Diah (2009) Bahan sulfidik adalah
sumber kemasaman tanah, bila bahan ini teroksidasi akan menghasilkan kondisi
sangat masam. Bahan ini disebut pirit (FeS2), bila terekspos oleh udara
terbentuk H2SO4 yang dapat mengasamkan lingkungan sehingga tanah tersebut tidak
dapat dibudidayakan. Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan
sulfat masam adalah ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi
oleh Al dan Fe. Hara P merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak
dibutuhkan tanaman. Hara ini berfungsi untuk pertumbuhan akar, transfer energi
dalam proses fotosintesis dan respirasi, perkembangan buah dan biji, kekuatan
batang dan ketahanan terhadap penyakit. Perilaku P- tanah dapat mempengaruhi
status ketersediaan P dalam tanah sehingga dapat ditentukan jumlah pupuk P yang
diperlukan tanaman untuk mencapai hasil yang optimum. Untuk menentukan
konsentrasi unsur hara P dalam tanah harus menggunakan metode analisis yang
sesuai untuk tanah dan tanaman yang diusahakan. Analisis P-tersedia dalam tanah
dapat diukur dengan menggunakan berbagai bahan pengekstrak. Ada beberapa metode
pengekstrak yang sering digunakan yaitu metode Bray I, Bray II, Truog, Olsen dan
North Carolina. Namun dari beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa tidak
semua metode sesuai dengan semua jenis tanah, tanaman maupun kondisi
lingkungan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji
P-tersedia tanah sawah sulfat masam potensial dengan menggunakan tiga metode
analisis P tersedia yaitu Bray II, Truog dan Olsen.
Tujuan
Mengetahui kadar P tersedia pada tanah sawah sulfat masam
Potensial melalui beberapa metode.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tanah
fosfat yang diserap tanaman berupa ion yang keberadaannya dipengaruhi oleh pH
tanah. Pada tanah masam bentuk ion H2PO4- merupakan ion yang larut, sedang pada
tanah alkalis maka HPO42- dan PO43- akan ditemukan, semakin rendah pH tanahnya
semakin dominan ion H2PO4- (Goeswono, 1983).
Kekurangan
unsur fosfat dalam tanah dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, unsur fosfat
tidak terdapat dalam bahan induk tanah, dan kedua fosfat yang tersedia ataupun
yang ditambahkan untuk tanaman dengan segera diserap oleh bentuk-bentuk Al
maupun Fe yang terdapat dalam tanah. Pemupukan P secara terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadinya akumulasi residu P yang tinggi, karena hara P
mempunyai mobilitas yang kecil dan efisiensinya hanya sekitar 20% (Adiningsih et
al., 1990).
Fosfat bersama N dan K digolongkan sebagai unsur utama walau P di absorbsi
lebih kecil dari kedua unsur tersebut (Rinsema, 1983). Dan menurut Setyomijoyo
(1986) bahwa fosfat di dalam tanah berperan dalam pembentukanproteinprotein
inti, berbagai proses fisiologis tanaman seperti asimilasi dan pernafasan,
memacu perkecambahan dan pemanjangan akar serta membantu pembentukan sistem
perakaran baik pada bibit dan tanaman muda maupun sebagai penyusun inti sel,
lemak, dan protein. Persoalan yang umum dihadapi oleh fosfat dalam tanah adalah
tidak semua bentuk fosfat dalam tanah dapat mengalami transformasi dari satu
bentuk kebentuk yang lain tergantung pada lingkungan dan praktek pengelolaan
tanah. entuk senyawa fosfat yang ada dalam tanah akan mempengaruhi
ketersediaanfosfat. Faktor yang mempengaruhi ketersediaan fosfat bagi tanaman
yang terpenting adalah pH tanah, adanya besi danalumunium dapat larut dalam
kondisi sangat masam atau adanya kalsium pada nilai pH tinggi, berpengaruh
nyata terhadap ketersediaan fosfat. Fosfat paling mudah diserap tanaman pada pH
sekitar netral (pH 6-7). Ion fosfor baik yang berasal dari tanah itu sendiri
maupun 6dari pupuk terikat oleh unsur Al dan Fe sehingga tidak dapat digunakan
oleh tanaman (Hardjowigeno, 1992).
BAHAN
DAN METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Rumah Kasa
dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara dimulai dari bulan Mei sampai November 2013. Bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah benih padi varietas Ciherang sebagai tanaman indikator,
fosfat alam Ciamis (FA Ciamis) (30.30% P2O5) sebagai sumber hara fosfat, pupuk
dasar yaitu Urea (46% N) 200 ppm N dan KCl (60% K2O) 150 ppm K dan bahanbahan
kimia untuk keperluan analisis di laboratorium. Alat yang digunakan dalam
penelitian adalah timbangan untuk menimbang berat kering tajuk serta akar
tanaman, oven sebagai alat untuk mengeringkan tanaman dan alat-alat
laboratorium yang dibutuhkan dalam analisis penelitian.
Untuk mengkaji P-tersedia pada tanah sawah sulfat masam potensial
yaitu dengan pemberian perlakuan dosis pupuk fosfat alam yang sesuai dengan
pertanaman padi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non
faktorial dengan 1 faktor perlakuan yaitu dosis fosfat alam dan 3 ulangan, sehingga
diperoleh 27 satuan percobaan yaitu P0 (0 ppm), P1 (50 ppm), P2 (100 ppm), P3
(150 ppm), P4 (200 ppm), P5 (250 ppm), P6 (300 ppm), P7 (350 ppm), P8 (400
ppm). Penelitian dimulai dari pengambilan sampel tanah, inkubasi tanah,
penyemaian benih padi, penanaman dan penjarangan, pemanenan pada akhir
vegetatif, dan pengukuran parameter amatan tanah (Ptersedia tanah dengan metode
Bray II, Truog dan Olsen serta pH tanah) dan tanaman (tinggi tanaman, jumlah
anakan, berat kering tajuk dan akar, serta serapan tanaman dengan metode
Destruksi basah), dan dilanjutkan dengan analisis data.
ANALISIS DAN SINTESIS
P-tersedia
Tanah Hasil analisis sidik ragam untuk
parameter P-tersedia tanah sawah sulfat masam potensial dengan metode Bray II
dan Truog menunjukkan bahwa perlakuan dosis tidak berpengaruh nyata, sedangkan
untuk parameter P-tersedia tanah sulfat masam potensial dengan metode Olsen
menunjukkan bahwa perlakuan dosis berpengaruh nyata. Rataan P-tersedia tanah
sulfat masam potensial dengan tiga metode analisis Ptersedia disajikan pada
Tabel2.
Dari hasil
analisis P tersedia tanah dengan ketiga metode P tersedia dan serapan P tanaman
dilakukan uji korelasi antara keduanya guna untuk menentukan metode analisis P
tersedia yang sesuai pada tanah sawah sulfat masam potensial desa Karanganyar
kecamatan Secanggang. Adapunhasil
uji korelasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Pemilihan metode analisis P
tersedia tanah sulfat masam potensial yang tepat adalah metode yang
ekstraktannya mampu mengekstrak bentuk P yang sama dengan bentuk P yang diserap
oleh tanaman. Sehingga untuk menentukan metode analisis P tersedia yang tepat
adalah dengan mengambil metode analisis yang memiliki koefisien korelasi (r)
yang tertinggi.
Batas kritis
hara P tersedia ditetapkan dengan metode Cate and Nelson (1965) dengan cara menghubungkan antara kadar P
tersedia tanah dari metode yang terpilih yaitu metode Olsen terhadap persentase
hasil (serapan P tanaman). Hubungan antara Serapan P tanaman (%) terhadap P
tersedia metode Olsen dapat dilihat dari Gambar 4 dibawah ini.
Dari Gambar 4
dapat dilihat bahwa sebaran titik terbanyak berada di kuadran positif. Hal ini
menunjukkan bahwa bentuk korelasi yang terjadi antara serapan P tanaman (%)
terhadap P tersedia tanah untuk metode Olsen yaitu Korelasi Positif. Ditambah
dari pernyataan Iswardono (2003) bahwa jika kenaikan pada satu variabel diikuti
dengan kenaikan pada variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua
variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Penentuan batas kritis hara
P tersedia dengan metode Cate and Nelson (1965) yaitu dengan cara
menghubungkan antara kadar P tersedia tanah dari metode Olsen terhadap
persentase hasil (serapan P tanaman). Adapun nilai batas kritis tanah sawah
sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang dengan serapan P
tanaman untuk metode Olsen sebesar 98 ppm. Nilai batas kritis P-tersedia yang
diperoleh dari korelasi antara P-tersedia metode Olsen dan Serapan P tanaman
belum bisa disebut sebagai batas kritis P-tersedia yang tepat, dikarenakan
koefisien korelasi yang telah diuji T hanya nyata pada taraf 15%.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaituKajian P-tersedia
akibat pemupukan fosfat alam menghasilkan nilai P-tersedia yang diuji dengan
metode Bray II dan Truog lebih tinggi dibandingkan dengan metode Olsen serta
Belum diperoleh nilai batas kritis P-tersedia yang tepat pada masing-masing metode.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.I. dan G.K.M.M. Rahman. 2010. Phosphorus extractability in
Bangladesh soils and its Critical limit for rice and wheat. Bangladesh
Institute of Nuclear Agriculture. Scientific registration 954. Poster.
Foth, H.D., L.V. Withee, H.S. Jacobs, dan S.J. Thien. 1982.
Laboratory manualfor introductory Soil science sixth edition. Wm.C.Brown
company publishers, Iowa.
Iboy, I.R. 2006. Kajian
korelasi beberapa metode analisis fosfat tersedia pada tanah sawah. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Iswardono. 2003. Sekelumit
analisa regresi dan korelasi. Fakultas ekonomi UGM, Yogyakarta.
Lahuddin. 2005. Pengaruh jenis tanah, pemupukan dan NaHCO3 pada
tanah tergenang terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman padi sawah.
J.Penelitian Pertanian. 24(1): Pp. 13- 22.
Maas, A. 1989. Identifikasi tanah sulfat masam aktual dan
potensial. Prosiding. Kongres nasional V Himpunan ilmu tanah Indonesia
(Medan,7-10 desember) : Pp.1084-1090.
Mubekti. 2008. Klasifikasi tanah sawah dan emisi metana. BPPT,
Jakarta.
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press, Medan.
Sims, J.T. 2000. Soil test phosphorus: Bray and Kurtz P-1, Methods
of phosphorus analysis for soils, sediments, residuals, and waters. Southern
Cooperative series Bulletin No. 396, Manhattan.
Subiksa, I.G.M. dan Diah S. 2009. Pemanfaatan fosfat alam untuk
lahan sulfat masam, Buku Fosfat Alam: Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alam sebagai Sumber
Pupuk P, Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.