PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kultur
jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman dengan cara
menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril.
Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan seperti
mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi dan
pemuliaan tanaman.
Pada
dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan ada 3 tahap,
yaitu :
1.
Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan
2.
Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.
3.
Tahap III atau disebut juga tahap pendewasaan.( D.F. Wetherell,1976).
Kultur
jaringan berdasarkan pada prinsip yang disebut totiopotensi. Menurut prinsip
itu, sebuah sel atau jaringan tumbuhan, yang diambil dari bagian manapun, akan
dapat tumbuh menjadi tumbuhan sempurna kalau diletakkan dalam media yang
cocok.Penggunaan media pada kultur jaringan terdiri atas campuran berbagai
garam mineral, asam amino, gul, vitamin, dan hormon tumbuhan. Pembuatan media
padat, bahan-bahan tersebut dicampur agar-agar, sedangkan untuk membuat media
cair, bahan-bahan dilarutkan ke dalam air suling. Pembiakan tanaman dengan cara
kultur jaringan harus dilakukan dalam kedaaan steril (Rahardja, 1994).
Metode
kultur jaringan ini telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, misalnya
tanaman tahunan, tanaman hias dan buah-buahan. Penggunaan teknik ini memiliki
beberapa keuntungan diantaranya (1) faktor perbanyakan tinggi, (2) tidak
tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh in vitro terkendali, (3) bahan
tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak pohon induk, (4) tanaman
yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun induk mengandung patogen internal,
(5) tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam
jumlah banyak (Mariska et al., 1992 dalam Balitbiogen, 2003).
Tanaman
mawar dapat diperbanyak dengan setek, cangkok, okulasi, dan penyambungan.
Petani umumnya memperbanyak tanaman mawar dengan penyambungan. Namun,
perbanyakan dengan penyambungan menghadapi masalah batang bawah banyak yang
terserang penyakit yang disebabkan oleh virus (Novita 2008).
Kultur
jaringan merupakan salah satu alternatif dalam perbanyakan tanaman mawar.
Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan dapat menghasilkan benih dalam jumlah
banyak dalam waktu singkat, seragam dan bebas penyakit. Praktikum kali ini akan
mempratktekkan kultur jaringan mawar yang meliputi persiapan eksplan dan
perawatannya (Marlina 2009).
Kultur
in vitro mawar dapat digunakan untuk penggandaan kultivar secara komersial,
memproduksi tanaman sehat dan bebas penyakit dan sumber eksplan untuk
regenerasi sebagai prasyarat untuk perubahan regenerasi. Perbanyakan mawar
secara in vitro merupakan praktek yang umum, khususnya untuk perbanyakan
melalui pot mawar. Kultur mawar Rosa multiflora secara in vitro pertama kali
oleh Elliot tahun 1970 (Folta 2009).
Tujuan
- Untuk
mengetahui pengaruh sumber eksplan terhadap pertumbuhan eksplan tanaman
mawar.
- Untuk
mengetahui efektivitas prosedur sterilisasi eksplan mawar.
- Untuk mengetahui
pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan eksplan mawar.
TINJAUAN PUSTAKA
Mawar (Rosa
chinensis Jacq.) adalah tanaman semak dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan tanaman ini. Mawar liar yang terdiri lebih dari
100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi utara yang berudara sejuk. Spesies
mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa
mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai
20 meter (Arya, 2010).
Bunga mawar dengan nama ilmiah Rosaceae merupakan tanaman dari Ordo
Rosales sangatlah pantas menyandang julukan si”Ratu Bunga” karena
hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunganya yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan menghidupkan
suasana taman menjadi semarak, ditambah lagi pesona harumnya yang semerbak wangi. Bunga mawar dikenal mempunyai
banyak varietas sehingga disebutlah dia Rosaceae atau
keluarga mawar-mawaran (Arya, 2010).
Kemajuan teknologi semakin
membuat keluarga tanaman ini beraneka ragam dengan warna warninya mulai
dari merah, ungu, hitam dan bahkan campuran beberapa warna. Disamping itu
kelopak bunganya juga semakin variatif, dari yang berkuntum tunggal, ganda
sampai yang bertumpuk. Bunga Mawar Memiliki batang berduri yang berbentuk
seperti pengait. Fungsinya sebagai pegangan ketika merambat atau memanjat pada tumbuhan
lain. Ada juga beberapa spesies mawar mempunyai duri yang lurus dan tajam
seperti jarum, tetapi ada juga durinya lunak dan tidak tajam (Arya, 2010).
v
Syarat
Tumbuh Mawar
Tanaman mawar mempunyai daya
adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, karena dapat ditanam di daerah
yang beriklim dingin (sub tropis) seperti Belanda dan Amerika maupun di daerah
panas (tropis). Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh
dan produktif berbunga di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ±
1.500 meter di atas permukaan laut. Di
dataran rendah yang suhu udaranya panas , tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif
berbunga, namun ukuran bunganya menjadi kecil-kecil dan warna mahkotanya
sedikit agak kusam. Sebaliknya, di dataran tinggi lebih dari 1.500 m dpl ,
pertumbuhan tanaman mawar akan kurus atau tinggi-tinggi dan bunganya
kecil-kecil akibat kekurangan sinar
matahari (Soekarno dan Nampiah,
1990).
v
Morfologi
Mawar
Akar adalah bagian pokok yang
nomor tiga (di samping batang dan daun)
bagi tumbuhan yang telah merupakan kormus. Pada umumnya akar adalah
salah satu alat yang terdapat pada tumbuhan yang tergolong Cormophyta. Akar tampak lebih
jelas padatumbuhan yang hidup di daratan/tanah dan telah terbentuk
sejak tumbuhan itu masih berupa embryo, yang disebut akar lembaga (Radikula).
Mawar memiliki sistem akar serabut, yaitu akar lembaga yang mati, disusul
dengan tumbuhnya akar-akar liar yang ukuranya sama
besar dari pangkal batang. Bentuknya yang seperti serabut maka dinamakan
akar serabut (radix adventicia). Fungsi
utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan (Arya, 2010).
Batang merupakan
bagian dari tumbuhan yang amat penting dan
mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada
umumnya mawar memiliki duri berbentuk seperti pengait
pada batang yang berfungsi sebagai pegangan sewaktu memanjat tumbuhan
lain. Beberapa spesies yang tumbuh liar ditanah berpasir di daerah pantai seperti Rosa rugosa dan Rosa pimpinellifolia
beradaptasi dengan duri lurus seperti jarum yang mungkin berfungsi untuk
mengurangi kerusakan akibat dimakan binatang, menahan pasir yang diterbangkan angindan melindungi akar dari erosi. Beberapa spesies mawar mempunyai duri yang tidak berkembang dan tidak
tajam (Arya, 2010).
Daun merupakan salah
satu organ
tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna
hijau dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan
hidupnya karena tumbuhan adalah organisme
autotrofobligat, ia
harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat beragam,
namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua
dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar
daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang.
Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Sebagian
besar spesies mawar mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15
cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Daun
majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5hingga 9 atau
13 anak daun dandaun
penumpu (stipula)
berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing
padaujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya
bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan
seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada diAsia
Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (Arya, 2010).
Bunga (flos) adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga
(division Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga
yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam kontek sini, satuan bunga yang
menyusun bunga majemuk disebut floret.Bunga berfungsi menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah
pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan
merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa
spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak (Arya, 2010).
Buah (fructus) adalah organ pada tumbuhan
berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk
buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai
pemencar biji tumbuhan. Bunga mawar menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips.
Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan
buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil pemuliaan menghasilkan bunga yang daun
mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan penyerbukan. Sebagian buah
mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian seperti Rosa pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu
gelap hingga hitam.Pada beberapa spesies
seperti Rosa canina dan Rosa rugosa
menghasilkan buah rose hips yang sangat kaya
dengan vitamin C bahkan termasuk di antara sumber vitamin C alami yang paling kaya. Buah rose hips disukai burung pemakan buah yang
membantu penyebaran biji mawar bersama kotoran yang dikeluarkan.
Beberapa jenis burung seperti burung Finch juga memakan biji-biji mawar (Arya, 2010).
v Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan
biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub
Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Spesies : Rosa chinensis Jacq
Mawar
selain sebagai tanaman hias yang cantik dan penuh pesona daya tampilnya, juga
merupakan sarana peralatan tradisional, agama dan upacara kenegaraan. Disamping
itu bunga mawar juga bermanfaat sebagai
bahan makanan dan minuman, obat, pewangi dan pengindah tata lingkungan . Bahan
makanan atau minuman yang sekaligus berkhasiat obat diantaranya telah
dirintis sewaktu Perang Dunia II di Inggris, yakni dijadikan sumber vitamin C. Versi
lain mengungkapkan bahwa para tabib Cina memanfaatkan minyak mawar sebagai obat
“Yin” yang berfungsi untuk menenangkan syaraf, mempelancar sirkulasi darah, memperkuat
otot dinding perut besar,dan menyehatkan pembuluh kapiler (Rukmana, 1995).
Dalam kehidupan sehari-hari
tanaman mawar dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah sebagai
tanaman hias di taman atau halaman terbuka (out doors), sebagai tanaman hias
salam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor, dijadikan bunga
tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual. Di Thailand bunga mawar digunakan sebagai penghias Pagoda
ataupun upacara keagamaan dan diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum
atau obat-obatan (Rukmana, 1995).
Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) mengandung unsur-unsur yang
lebih lengkap sehingga digunakan pada hampir semua jenis kultur (Gunawan, 1992).
Perbanyakan tanaman pada media MS menghasilkan rata-rata tujuh tunas per sampel
dan hasil ini lebih baik dibandingkan media yang lain (Herawan dan Husnaeni,
2001). Komposisi media yang digunakan tergantung pada jenis tanaman yang akan
diperbanyak, misalnya media dasar Vacin dan Went biasanya
digunakan untuk kultur jaringan anggrek, media dasar B5 untuk kultur alfafa,
kedelai, dan legum lain.
BAHAN
DAN METODE
Alat
dan Bahan
Alat
Alat-alat
tanam yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish, scapel dan pinset. Alat-alat lain yang diperlukan seperti botol
tanam, lampu Bunsen, korek api, handsprayer berisi alkohol, kertas label, cling
warp. Penanaman dilakukan didalam laminar air flow (LAF).
Bahan
Bahan
tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah buku mawar (Rossa spp.). Bahan sterilan yang digunakan adalah larutan tween-20,
bayclin 20%, Bayclin 10%, aquades, dan alkohol, 70%.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan
pada Senin mulai pada awal bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015, bertempat
di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Metode
Praktikum
1.
Sterilisasi
Peralatan
Sterilisasi
botol dilakukan dengan pengovenan pada alat oven, pada suhu 1600C
dengan waktu selama 4 jam, mula-mula botol dibersihkan terlebih dahulu dari
sisa-sisa kotoran, kemudian setelah botol benar-benar bersih botol dimasukan
kedalam oven selama waktu yang telah ditentukan atau botol bisa juga tetap
disimpan didalam oven sebelum digunakan ini bertujuan agar botol tetap dalam
keadaan steril. Adapun cara-cara mengoprasikan oven yaitu menghubungkan aliran
listrik, kemudian masukan botol kedalam oven, setelah itu tekan tombol power
pada oven, putar kori kekanan, klik sirkulasi udara dan atur suhu 1600c
pengovenan selama 4 jam.
Prinsip kerja
autoklaf adalah penggunaan uap air jenuh diatas tekanan atmosfer dan digunakan
untuk memanaskan isi autoklaf. Pada awalnya, muatan isi/autoklaf tersebut dalam
keadaan dingin, kemudian uap air memenuhi ruang dalam autoklaf sehingga
tekanananya menghasilkan suhu tinggi. Agar autoklaf bekerja dengan tepat, perlu
dipastikan bahwa uap air telah benar-benar jenuh (udara dalam autoklaf harus
dikeluarkan). Untuk sterilisasi alat dan medium diunakan sterilisasi dengan
mengunakan alat yang disebut autoclave. Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan
berbagai macam alat dan medium kultur jaringan tumbuhan denan mengunakan
tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C . Suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan
udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan
15 lb/in² (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan 121°C atau 249,8°F
adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih
pada suhu 100°C, sedangkan untuk autoclave yan diletakkan pada ketingian yang
sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121°C.
Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium yang terletak
pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu diseting ulang.
Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan
dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121°C untuk mendidihkan air.
Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121°C dan tekanan 15
psi selama 15 menit.
2.
Sterilisasi
Aquades
Dalam
melakukan sterilisasi terhadap aquades dapat dilakukan dengan menggunakan
autoklaf. Sebelumnya aquades yang akan digunakan dimasukan terlebih dahulu
kedalam botol erlenmeyer, kemudian disusun dan diletakkan kedalam autoklaf
untuk disterilisasi dengan suhu 121 0 C dan tekanan 17,5 psi selama
20 menit.
3.
Pembuatan
Larutan Stok
Langkah-langkah
pembuatan larutan stok media meliputi : Menimbang bahan-bahan kimia yang telah
dikalikan menjadi beberapa kali konsentrasi, misalnya untuk unsur hara makro
dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan 100 kali konsentrasi. Melarutkan
bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquadest dengan volume tertentu, misalnya
500 ml, Memasukkan masing-masing larutan ke dalam botol dan menyimpan ke dalam
refrigerator. Langkah-langkah pembuat larutan stock masing-masing ZPT adalah
sebagai berikut : Menghitung kebutuhan bahan BAP 100 ppm sebanyak 300 ml
cara-caranya sebagai berikut: 100 ppm = 100 mg/ = 30 mg/0,3 l = 30 mg/300 ml,
Menghitung kebutuhan bahan IBA 100 ppm sebanyak 100 ml adalah sebagai berikut
100 ppm = 100 mg/l = 10 mg/0,1l = 10 mg/100 ml, melarutkan bahan dengan
alkohol atau NaOH 1 N kemudian ditambah dengan aquades sampai 300 ml
untuk BAP dan 100 ml untuk IBA, kemudian memasukkan masing-masing larutan
tersebut ke dalam
botol dan menyimpannya ke dalam
refrigerator.
4.
Pembuatan
Media
Pembuatan media
yang di lakukan yaitu memasukkan stok mikro, makro, vitamin, Fe dan Na EDTA,
ZPT kedalam Erlenmenyer 1000 ml. Menambahkan
aquades sampai volume 900 ml. Tera ph hingga 5,7-5,8.
Tera larutan dengan labu ukur 1000 ml sampai volume tepat
1000 ml. Tuang larutan media kedalam Erlenmeyer 1000 ml bersama
8 gr agar. Dimasak sampai mendidih.
Kemudian di tuang ke dalam botol kultur. Sterilisasi dengan autoklaf suhu 121° C selama 20
menit. Simpan diruang steril.
5.
Sterilisasi
Eksplan
Sterilisasi adalah
kegiatan dimana kegiatan awal setelah menyiapkan bahan eksplan, sterilisasi ini
bertujuan agar terhindar dari faktor penyebab kontaminasi, inisiasi dilakukan
di dalam ruangan yang steril salah satunya adalah laminar air flow cabinet.
Sterilisasi
eksplan dilakukan sebelum kegiatan penaburan agar ketika melakukan penaburan
eksplan dalam kondisi steril, sebelum melakukan kegiatan penyeterilan
sebaiknya sterilkan atau semprot
terlebih dahulu tangan kita dan laminar air flow menggunakan alkohol. Mula-mula
eksplan yang telah diambil dicuci dengan air terlebih dahulu lalu dipotong
denngan ukuran ± 2-3 cm kemudian eksplan disterilkan didalam lamirnar air flow.
Pertama-tama eksplan dimasukkan ke dalam larutan disinfektan (alkohol 70%)
selama 1 menit dan dibilas dengan aquades steril kemudian eksplan direndam
dalam bacylin 20% + 2 tetes Tween-20 selama 20 menit dan setelah itu eksplan
direndam dengan aquades steril 2-3 kali 1 menit tujuan dari pembilasan
menggunakan air aquades adalah agar
tidak terdapat sisa-sisa bahan disinfektan yang menempel di eksplan.
6.
Penanaman
Eksplan
Setelah
penyeterilan eksplan dilakukan selanjutnya eksplan dipotong-potong menjadi beberapa
bagian. Sebelum penaburan sebaiknya sterilkan alat-alat seperti pisau, pinset
dan mulut botol pada lampu bunsen/lampu spritus setelah itu kemudian eksplan
diletakan pada media yang telah disediakan peletakan eksplan harus hati-hati,
setelah eksplan dimasukan kedalam botol maka tutup mulut botol menggunakan
alumininium foil dan balut menggunakan cling worp.
7.
Inkubasi
Inkubasi dilakukan
pada ruangan yang benar-benar steril dengan pencahayaan 16 jam terang dan 8 jam
gelap dengan suhu 24-250C peletakan botol-botol eksplan harus
disusun rapi pada rak botol.
8.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu
sekali. Data hasil pengamatan selanjutnya diolah dan dianalisis untuk kemudian
dituangkan dalam penulisan laporan sementara dan laporan akhir.
Prosedur Kerja
1. Eksplan
yang masih berupa batang mawar tanpa daun yang terdiri dari pucuk dan 3 buku
teratas dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Kemudian dimasukan kedalam
botol yang steril.
2. Didalam
LAF, eksplan direndam dalam larutan alcohol 70% selama 10 menit dan dibilas
dengan akuades steril selama 5 meni. Kemudian eksplan direndam dalm Bayclin 20%
selama 20 menit.
3. Rendam
kembali eksplan pada Bayclin 10% selama 10 menit.
4. Setelah
itu eksplan dibilas dengan akuades steril sebanyak 3 kali dalam 5 menit.
5. Bakal
eksplan diletakan dalam petridish dan kemudian dipotong-potong ruasnya. Pucuk
dan buku yang ketiga dibuang sehingga buku pertama dan kedua yang ditanam. Jadi
terdapat dua eksplan dalam tiap 1 botol tanam.
6. Simpan
eksplan di ruang inkubasi dan dilakukan pengamatan setiap minggunya hingga
minggu keempat. Setiap kelompok menanam pada 4 media yang berbeda yaitu (a1,
a2. A3, a4).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
HASIL
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel
1. Persentase eksplan buku mawar yang terkontaminasi (%).
Jenis
Media
|
Persentase eksplan yang
terkontaminasi (%) pada minggu ke-
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|
a1
|
41,86
|
4,65
|
13,95
|
0,00
|
a2
|
18,60
|
27,01
|
16,28
|
0,00
|
a3
|
34,88
|
18,60
|
13,95
|
4,65
|
a4
|
27,91
|
16,28
|
6,98
|
9,30
|
Tabel 2. Rata-rata waktu eksplan buku mawar yang
terkontaminasi (Mst).
Jenis Media
|
Waktu eksplan yang
terkontaminasi (Mst)
|
a1
|
1,54
|
a2
|
1,96
|
a3
|
1,84
|
a4
|
1,96
|
Grafik
Rata-rata waktu eksplan buku mawar yang terkontaminasi dalam media MS (Mst).
Tabel 3. Persentase jenis kontaminan pada eksplan buku
mawar (%).
Jenis kontaminan
|
Persentase jenis kontaminan (%)
|
Cendawan
|
88,33
|
Bakteri
|
10,83
|
Browning
|
0,83
|
Grafik Persentase jenis kontaminan
pada eksplan buku mawar (%).
Tabel 4. Rata-rata waktu tumbuh tunas pada eksplan
buku mawar (Mst).
Jenis Media
|
Waktu eksplan
tumbuh tunas (mst)
|
a1
|
3,16
|
a2
|
3,00
|
a3
|
3,15
|
a4
|
3,19
|
Grafik Rata-rata waktu tumbuh tunas pada eksplan buku
mawar (Mst).
Tabel 5. Rata-rata jumlah tunas pada eksplan buku
mawar yang terkontaminasi.
Jenis Media
|
Rata-rata jumlah tunas pada
minggu ke-
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|
a1
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,63
|
a2
|
1,00
|
1,00
|
1,08
|
1,09
|
a3
|
0,00
|
1,00
|
1,23
|
1,46
|
a4
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,23
|
Tabel 6. Persentase eksplan buku mawar yang berkalus
(%).
Jenis Media
|
Persentase eksplan
yang berkalus (%)
|
a1
|
7,89
|
a2
|
16,13
|
a3
|
2,94
|
a4
|
9,68
|
Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan yaitu kultur jaringan pada tanaman mawar. Sebelum
kami melakukan penaburan terlebih dahulu kami melakukan sterilisasi alat dan
eksplan untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Hasil yang didapat pada
praktikum kali ini eksplan yang terkontaminasi pada buku
mawar yang muncul pada minggu pertama dengan jenis media a1 muncul
kontaminasi 41,86 %, pada media a2 muncul kontaminasi 18,60 %, media a3 muncul kontaminasi
34,88 %, dan
pada media
a4 muncul kontaminasi 27,91
%. Pada
minggu kedua eksplan yang
terkontaminasi pada buku
mawar dengan jenis media a1 muncul
kontaminasi 4,65 %, pada media a2 muncul kontaminasi 27,01 %, media a3 muncul kontaminasi 18,60
%, dan
pada media
a4 muncul kontaminasi 16,28
%. Pada minggu ketiga eksplan yang terkontaminasi pada buku
mawar dengan jenis media a1 muncul
kontaminasi pada 13,95 %, pada media a2 muncul kontaminasi 16,28 % media
a3 muncul kontaminasi
13,95 %, dan
pada media
a4 muncul kontaminasi 6,98
%. Sedangkan pada minggu keempat eksplan
yang terkontaminasi pada buku
mawar dengan jenis media a1 muncul
kontaminasi 0,00 %, pada media a2
muncul kontaminasi 0,00 % media a3 muncul
kontaminasi 4,65 %, dan pada media a4 muncul kontaminasi
9,30 %.
Pada
tabel 2 menunjukkan rata-rata waktu eksplan buku mawar yang terkontaminasi
yaitu pada media a1 1,54 Mst, media a2 1,96 Mst, media a3 1,84 Mst, dan media
a4 1,96 Mst. Berdasarkan grafik rata-rata waktu eksplan buku mawar yang
terkontaminasi menunjukkan bahwa kontaminasi pada media a1, a2, a3 dan a4 tidak
berbeda nyata.
. Pada eksplan dan media, kontaminasi sendiri disebabkan
oleh jamur karena dapat terlihat secara jelas
pada media dan eksplan muncul hifa-hifa dengan adanya garis – garis (seperti
benang) yang berwarna putih sampai abu – abu, spora berbentuk kapas berwarna
putih. Jamur yang sering mengkontaminasi
media dan eksplan adalah jamur Aspergillus sp, Monilla sp dan Penicillium
sp. Jamur/fungi merupakan organisme bersel lebih dari satu yang mempunyai
hypha. Jamur sendiri merupakan sumber utama kontaminan.
Sebagian besar jamur bersifat non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi
tanaman inang pada kondisi normal.
Pada praktikum
yang kami lakukan jenis media yang kami gunakan yaitu media MS hara dalam konsentrasi
tinggi, kelembaban tinggi dan suhu yang hangat hal ini menyebabkan
mikroorganisme seperti jamur dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik bahkan
bisa menyebabkan terjadinya kebusukan akibat terserang oleh jamur. Selain itu kontaminan sendiri bisa berasal dari bahan
tanaman yang dikulturkan, karena adanya infeksi secara eksternal maupun
internal. Usaha pencegahan kontaminasi eksternal dilakukan dengan sterilisasi
permukaan bahan tanaman. Infeksi internal tidak dapat dihilangkan dengan
sterilisasi permukaan.
Selain
itu kontaminan sendiri bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sterilisasi
media yang kurang sempurna, lingkungan kerja yang tidak steril,
pelaksanaan/cara kerja saat penanaman yang kurang hati-hati, prosedur
sterilisasi eksplan yang kurang tepat, molekul atau mikroorganisme yang jatuh
kedalam botol kultur setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur. Selain itu, faktor sterilisasi ruangan juga sangat menentukan
terhadap kontaminasi. Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi
tidak steril pada saat musim hujan, sehingga dapat membawa masuknya jamur dari
luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan
mikroorganisme.
Jadi hal yang penting yang harus diperhatikan dalam proses kultur
jaringan terutama dalam proses penaburan adalah tahapan sterilisasi dan tahapan
penaburan. Sterilisasi harus dilakukan dengan benar sehingga eksplan
benar-benar steril dari berbagai macam bakteri atau jamur yang dapat
menyebabkan kontaminasi. Alat penaburan dan tempat penaburan juga harus steril.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kultur jaringan, maka didapat suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hal
yang penting yang harus diperhatikan
dalam proses kultur jaringan terutama dalam proses penaburan adalah tahapan
sterilisasi dan tahapan penaburan
2.
Yang menyebabkan
terjadinya kontaminasi sendiri adalah jamur. Selain itu, kontaminan sendiri bisa berasal dari bahan
tanaman yang dikulturkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arya
Windujati. 2011. Kajian Penggunan Zat
Pengatur Tumbuh Bap dan TDZ Dalam Kultur Jaringan Daun Tanaman Penghasil Gaharu
( Aquilaria malaccensis). Departemen Konservasi Sumber daya Hutan dan
Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Folta
Kevin M 2009.Genetics
and Genomics of Rosaceae. New York : Springer.
Gunawan
L W 1992. Teknik Kultur Jaringan
Tumbuhan. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
Herawan,
T. dan Y. Husnaeni. 2001. Perbanyakan
Jati (Tectona grandis). Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon 5(2): 62-74.
Puslitbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Mariska,
I., Hobir, dan D. Sukmadjaja. 1992. Pengadaan
bahan tanaman melalui bioteknologi kultur jaringan. Prosiding Temu Usaha
Pengembangan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Jakarta, 2-3
Desember 1992. hlm. 121-135.
Marlina N 2004. Teknik Modifikasi Media Murashige & Skoog (MS) untuk konservasi secara
in vitro mawar (Rossa sp). Jurnal Teknik Pertanian
Novita
L 2008. Induksi Perakaran pada Tanaman Mawar
(rosa hybrida) secara In Vitro. http://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=38597. Diakses pada 1 Mei 2015.
Rahardja,
P.C (1995), Kultur jaringan Teknik
Perbanyakan Tanaman Secara Modern, Penerbit Swadaya, Bandung
Rukmana, Rahmat. 1995. Mawar. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Soekarno dan Nampiah. 1990. Mawar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Wetherell DF, (1976). Pengantar
Propagasi Tanaman Secara In Vitro: Seri Kultur Jaringan Tanaman. UGM
Yogyakarta : Koensoemardiyah S
No comments:
Post a Comment