Labels

Thursday, April 26, 2018

LAPORAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi dan pemuliaan tanaman.
Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan ada 3 tahap, yaitu :
1. Tahap I atau disebut juga tahap persiapan eksplan
2. Tahap II atau disebut juga tahap penggandaan.
3. Tahap III atau disebut juga tahap pendewasaan.( D.F. Wetherell,1976).
Kultur jaringan berdasarkan pada prinsip yang disebut totiopotensi. Menurut prinsip itu, sebuah sel atau jaringan tumbuhan, yang diambil dari bagian manapun, akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan sempurna kalau diletakkan dalam media yang cocok.Penggunaan media pada kultur jaringan terdiri atas campuran berbagai garam mineral, asam amino, gul, vitamin, dan hormon tumbuhan. Pembuatan media padat, bahan-bahan tersebut dicampur agar-agar, sedangkan untuk membuat media cair, bahan-bahan dilarutkan ke dalam air suling. Pembiakan tanaman dengan cara kultur jaringan harus dilakukan dalam kedaaan steril (Rahardja, 1994).
Metode kultur jaringan ini telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, misalnya tanaman tahunan, tanaman hias dan buah-buahan. Penggunaan teknik ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya (1) faktor perbanyakan tinggi, (2) tidak tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh in vitro terkendali, (3) bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak pohon induk, (4) tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun induk mengandung patogen internal, (5) tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak (Mariska et al., 1992 dalam Balitbiogen, 2003).
Tanaman mawar dapat diperbanyak dengan setek, cangkok, okulasi, dan penyambungan. Petani umumnya memperbanyak tanaman mawar dengan penyambungan. Namun, perbanyakan dengan penyambungan menghadapi masalah batang bawah banyak yang terserang penyakit yang disebabkan oleh virus (Novita 2008).
Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif dalam perbanyakan tanaman mawar. Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan dapat menghasilkan benih dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, seragam dan bebas penyakit. Praktikum kali ini akan mempratktekkan kultur jaringan mawar yang meliputi persiapan eksplan dan perawatannya (Marlina 2009).
Kultur in vitro mawar dapat digunakan untuk penggandaan kultivar secara komersial, memproduksi tanaman sehat dan bebas penyakit dan sumber eksplan untuk regenerasi sebagai prasyarat untuk perubahan regenerasi. Perbanyakan mawar secara in vitro merupakan praktek yang umum, khususnya untuk perbanyakan melalui pot mawar. Kultur mawar Rosa multiflora secara in vitro pertama kali oleh Elliot tahun 1970 (Folta 2009).
Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengaruh sumber eksplan terhadap pertumbuhan eksplan tanaman mawar.
  2. Untuk mengetahui efektivitas prosedur sterilisasi eksplan mawar.
  3. Untuk mengetahui pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan eksplan mawar.
















TINJAUAN PUSTAKA
Mawar (Rosa chinensis Jacq.) adalah tanaman semak dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan tanaman ini. Mawar liar yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi utara yang berudara sejuk. Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang ditemui tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter (Arya, 2010).
Bunga mawar dengan nama ilmiah Rosaceae merupakan tanaman dari Ordo
Rosales sangatlah pantas menyandang julukan si”Ratu Bunga” karena hampir semua orang menyukai dan mengenal mawar. Warna bunganya yang cantik menawan dengan aneka ragam warna warni seakan menghidupkan suasana taman menjadi semarak, ditambah lagi pesona harumnya yang semerbak wangi. Bunga mawar dikenal mempunyai banyak varietas sehingga disebutlah dia Rosaceae atau keluarga mawar-mawaran (Arya, 2010).
Kemajuan teknologi semakin membuat keluarga tanaman ini beraneka ragam dengan warna warninya mulai dari merah, ungu, hitam dan bahkan campuran beberapa warna. Disamping itu kelopak bunganya juga semakin variatif, dari yang berkuntum tunggal, ganda sampai yang bertumpuk. Bunga Mawar Memiliki batang berduri yang berbentuk seperti pengait. Fungsinya sebagai pegangan ketika merambat atau memanjat pada tumbuhan lain. Ada juga beberapa spesies mawar mempunyai duri yang lurus dan tajam seperti jarum, tetapi ada juga durinya lunak dan tidak tajam (Arya, 2010).

v Syarat Tumbuh Mawar
Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, karena dapat ditanam di daerah yang beriklim dingin (sub tropis) seperti Belanda dan Amerika maupun di daerah panas (tropis). Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 1.500 meter di atas permukaan laut. Di dataran rendah yang suhu udaranya panas , tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga, namun ukuran bunganya menjadi kecil-kecil dan warna mahkotanya sedikit agak kusam. Sebaliknya, di dataran tinggi lebih dari 1.500 m dpl , pertumbuhan tanaman mawar akan kurus atau tinggi-tinggi dan bunganya kecil-kecil akibat  kekurangan sinar matahari (Soekarno dan Nampiah, 1990).
v Morfologi Mawar
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (di samping batang dan daun) bagi tumbuhan yang telah merupakan kormus. Pada umumnya akar adalah salah satu alat yang terdapat pada tumbuhan yang tergolong Cormophyta. Akar tampak lebih jelas padatumbuhan yang hidup di daratan/tanah dan telah terbentuk sejak tumbuhan itu masih berupa embryo, yang disebut akar lembaga (Radikula). Mawar memiliki sistem akar serabut, yaitu akar lembaga yang mati, disusul dengan tumbuhnya akar-akar liar yang ukuranya sama besar dari pangkal batang. Bentuknya yang seperti serabut maka dinamakan akar serabut (radix adventicia). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan (Arya, 2010).
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting dan mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya mawar memiliki duri berbentuk seperti pengait pada batang yang berfungsi sebagai pegangan sewaktu memanjat tumbuhan lain. Beberapa spesies yang tumbuh liar ditanah berpasir di daerah pantai seperti Rosa rugosa dan Rosa  pimpinellifolia beradaptasi dengan duri lurus seperti jarum yang mungkin berfungsi untuk mengurangi kerusakan akibat dimakan binatang, menahan pasir yang diterbangkan angindan melindungi akar dari erosi. Beberapa spesies mawar mempunyai duri yang tidak berkembang dan tidak tajam (Arya, 2010).
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis.  Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrofobligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Sebagian besar spesies mawar mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua berlawanan (pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5hingga 9 atau 13 anak daun dandaun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing padaujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada diAsia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (Arya, 2010).
Bunga (flos) adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (division Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk  menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam kontek sini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.Bunga berfungsi menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak (Arya, 2010).
Buah (fructus) adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Bunga mawar menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan penyerbukan. Sebagian buah mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian seperti Rosa pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu gelap hingga hitam.Pada beberapa spesies seperti Rosa canina dan Rosa rugosa menghasilkan buah rose hips yang sangat kaya dengan vitamin C bahkan termasuk di antara sumber vitamin C alami yang paling kaya. Buah rose hips disukai burung pemakan buah yang membantu penyebaran biji mawar bersama kotoran yang dikeluarkan. Beberapa jenis burung seperti burung Finch juga memakan biji-biji mawar (Arya, 2010).
v Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom   : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo               : Rosales
Famili              : Rosaceae (suku mawar-mawaran)
Genus              : Rosa
Spesies            : Rosa chinensis Jacq
            Mawar selain sebagai tanaman hias yang cantik dan penuh pesona daya tampilnya, juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama dan upacara kenegaraan. Disamping itu bunga mawar juga bermanfaat sebagai bahan makanan dan minuman, obat, pewangi dan pengindah tata lingkungan . Bahan makanan atau minuman yang sekaligus berkhasiat obat diantaranya telah dirintis sewaktu Perang Dunia II di Inggris, yakni dijadikan sumber vitamin C. Versi lain mengungkapkan bahwa para tabib Cina memanfaatkan minyak mawar sebagai obat “Yin” yang berfungsi untuk menenangkan syaraf, mempelancar sirkulasi darah, memperkuat otot dinding perut besar,dan menyehatkan pembuluh kapiler (Rukmana, 1995).
Dalam kehidupan sehari-hari tanaman mawar dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah sebagai tanaman hias di taman atau halaman terbuka (out doors), sebagai tanaman hias salam pot pengindah dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor, dijadikan bunga tabur pada upacara kenegaraan atau tradisi ritual. Di Thailand bunga mawar digunakan sebagai penghias Pagoda ataupun upacara keagamaan dan diekstraksi minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan (Rukmana, 1995).
Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) mengandung unsur-unsur yang lebih lengkap sehingga digunakan pada hampir semua jenis kultur (Gunawan, 1992). Perbanyakan tanaman pada media MS menghasilkan rata-rata tujuh tunas per sampel dan hasil ini lebih baik dibandingkan media yang lain (Herawan dan Husnaeni, 2001). Komposisi media yang digunakan tergantung pada jenis tanaman yang akan diperbanyak, misalnya media dasar Vacin dan Went biasanya digunakan untuk kultur jaringan anggrek, media dasar B5 untuk kultur alfafa, kedelai, dan legum lain.







BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
            Alat-alat tanam yang digunakan dalam praktikum ini adalah petridish, scapel dan pinset. Alat-alat lain yang diperlukan seperti botol tanam, lampu Bunsen, korek api, handsprayer berisi alkohol, kertas label, cling warp. Penanaman dilakukan didalam laminar air flow (LAF).

Bahan
Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah buku mawar (Rossa spp.). Bahan sterilan yang digunakan adalah larutan tween-20, bayclin 20%, Bayclin 10%, aquades, dan alkohol, 70%.

                                                  Waktu dan Tempat             
Praktikum ini dilaksanakan pada Senin mulai pada awal bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2015, bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Metode Praktikum
1.    Sterilisasi Peralatan
Sterilisasi botol dilakukan dengan pengovenan pada alat oven, pada suhu 1600C dengan waktu selama 4 jam, mula-mula botol dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa kotoran, kemudian setelah botol benar-benar bersih botol dimasukan kedalam oven selama waktu yang telah ditentukan atau botol bisa juga tetap disimpan didalam oven sebelum digunakan ini bertujuan agar botol tetap dalam keadaan steril. Adapun cara-cara mengoprasikan oven yaitu menghubungkan aliran listrik, kemudian masukan botol kedalam oven, setelah itu tekan tombol power pada oven, putar kori kekanan, klik sirkulasi udara dan atur suhu 1600c pengovenan selama 4 jam.
Prinsip kerja autoklaf adalah penggunaan uap air jenuh diatas tekanan atmosfer dan digunakan untuk memanaskan isi autoklaf. Pada awalnya, muatan isi/autoklaf tersebut dalam keadaan dingin, kemudian uap air memenuhi ruang dalam autoklaf sehingga tekanananya menghasilkan suhu tinggi. Agar autoklaf bekerja dengan tepat, perlu dipastikan bahwa uap air telah benar-benar jenuh (udara dalam autoklaf harus dikeluarkan). Untuk sterilisasi alat dan medium diunakan sterilisasi dengan mengunakan alat yang disebut autoclave. Autoclaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C . Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media kultur jarinan tumbuhan yang disterilkan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media diunakan suhu 121°C dan tekanan 15 lb/in² (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan 121°C atau 249,8°F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100°C, sedangkan untuk autoclave yan diletakkan pada ketingian yang sama, mengunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 121°C. Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium yang terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu diseting ulang. Misalnya autoclave diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121°C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
2.    Sterilisasi Aquades
Dalam melakukan sterilisasi terhadap aquades dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Sebelumnya aquades yang akan digunakan dimasukan terlebih dahulu kedalam botol erlenmeyer, kemudian disusun dan diletakkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi dengan suhu 121 0 C dan tekanan 17,5 psi selama 20 menit.
3.    Pembuatan Larutan Stok
Langkah-langkah pembuatan larutan stok media meliputi : Menimbang bahan-bahan kimia yang telah dikalikan menjadi beberapa kali konsentrasi, misalnya untuk unsur hara makro dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan 100 kali konsentrasi. Melarutkan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquadest dengan volume tertentu, misalnya 500 ml, Memasukkan masing-masing larutan ke dalam botol dan menyimpan ke dalam refrigerator. Langkah-langkah pembuat larutan stock masing-masing ZPT adalah sebagai berikut : Menghitung kebutuhan bahan BAP 100 ppm sebanyak 300 ml cara-caranya sebagai berikut: 100 ppm = 100 mg/ = 30 mg/0,3 l = 30 mg/300 ml, Menghitung kebutuhan bahan IBA 100 ppm sebanyak 100 ml adalah sebagai berikut 100 ppm = 100 mg/l = 10 mg/0,1l = 10 mg/100 ml, melarutkan  bahan dengan  alkohol atau NaOH 1 N kemudian ditambah dengan aquades sampai 300 ml untuk BAP dan 100 ml untuk IBA, kemudian memasukkan   masing-masing   larutan   tersebut   ke   dalam   botol   dan menyimpannya ke dalam refrigerator.
4.      Pembuatan Media
Pembuatan media yang di lakukan yaitu memasukkan stok mikro, makro, vitamin, Fe dan Na EDTA, ZPT kedalam Erlenmenyer 1000 ml. Menambahkan aquades sampai volume 900 ml. Tera ph hingga 5,7-5,8. Tera larutan dengan labu ukur 1000 ml sampai volume tepat 1000 ml. Tuang larutan media kedalam Erlenmeyer 1000 ml bersama 8 gr agar. Dimasak sampai mendidih. Kemudian di tuang ke dalam botol kultur. Sterilisasi dengan autoklaf suhu 121° C selama 20 menit. Simpan diruang steril.
5.    Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi adalah kegiatan dimana kegiatan awal setelah menyiapkan bahan eksplan, sterilisasi ini bertujuan agar terhindar dari faktor penyebab kontaminasi, inisiasi dilakukan di dalam ruangan yang steril salah satunya adalah laminar air  flow cabinet.
Sterilisasi eksplan dilakukan sebelum kegiatan penaburan agar ketika melakukan penaburan eksplan dalam kondisi steril, sebelum melakukan kegiatan penyeterilan sebaiknya  sterilkan atau semprot terlebih dahulu tangan kita dan laminar air flow menggunakan alkohol. Mula-mula eksplan yang telah diambil dicuci dengan air terlebih dahulu lalu dipotong denngan ukuran ± 2-3 cm kemudian eksplan disterilkan didalam lamirnar air flow. Pertama-tama eksplan dimasukkan ke dalam larutan disinfektan (alkohol 70%) selama 1 menit dan dibilas dengan aquades steril kemudian eksplan direndam dalam bacylin 20% + 2 tetes Tween-20 selama 20 menit dan setelah itu eksplan direndam dengan aquades steril 2-3 kali 1 menit tujuan dari pembilasan menggunakan air aquades adalah agar  tidak terdapat sisa-sisa bahan disinfektan yang menempel di eksplan.
6.    Penanaman Eksplan
Setelah penyeterilan eksplan dilakukan selanjutnya eksplan dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Sebelum penaburan sebaiknya sterilkan alat-alat seperti pisau, pinset dan mulut botol pada lampu bunsen/lampu spritus setelah itu kemudian eksplan diletakan pada media yang telah disediakan peletakan eksplan harus hati-hati, setelah eksplan dimasukan kedalam botol maka tutup mulut botol menggunakan alumininium foil dan balut menggunakan cling worp. 
7.    Inkubasi
Inkubasi dilakukan pada ruangan yang benar-benar steril dengan pencahayaan 16 jam terang dan 8 jam gelap dengan suhu 24-250C peletakan botol-botol eksplan harus disusun rapi pada rak botol.
8.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali. Data hasil pengamatan selanjutnya diolah dan dianalisis untuk kemudian dituangkan dalam penulisan laporan sementara dan laporan akhir.



Prosedur Kerja
1.      Eksplan yang masih berupa batang mawar tanpa daun yang terdiri dari pucuk dan 3 buku teratas dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Kemudian dimasukan kedalam botol yang steril.
2.      Didalam LAF, eksplan direndam dalam larutan alcohol 70% selama 10 menit dan dibilas dengan akuades steril selama 5 meni. Kemudian eksplan direndam dalm Bayclin 20% selama 20 menit.
3.      Rendam kembali eksplan pada Bayclin 10% selama 10 menit.
4.      Setelah itu eksplan dibilas dengan akuades steril sebanyak 3 kali dalam 5 menit.
5.      Bakal eksplan diletakan dalam petridish dan kemudian dipotong-potong ruasnya. Pucuk dan buku yang ketiga dibuang sehingga buku pertama dan kedua yang ditanam. Jadi terdapat dua eksplan dalam tiap 1 botol tanam.
6.      Simpan eksplan di ruang inkubasi dan dilakukan pengamatan setiap minggunya hingga minggu keempat. Setiap kelompok menanam pada 4 media yang berbeda yaitu (a1, a2. A3, a4).


HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Persentase eksplan buku mawar yang terkontaminasi (%).
Jenis Media
Persentase eksplan yang terkontaminasi (%) pada minggu ke-
1
2
3
4
a1
41,86
4,65
13,95
0,00
a2
18,60
27,01
16,28
0,00
a3
34,88
18,60
13,95
4,65
a4
27,91
16,28
6,98
9,30

Tabel 2. Rata-rata waktu eksplan buku mawar yang terkontaminasi (Mst).
Jenis Media
Waktu eksplan yang terkontaminasi (Mst)
a1
1,54
a2
1,96
a3
1,84
a4
1,96

Grafik Rata-rata waktu eksplan buku mawar yang terkontaminasi dalam media MS (Mst).








Tabel 3. Persentase jenis kontaminan pada eksplan buku mawar (%).
Jenis kontaminan
Persentase jenis kontaminan (%)
Cendawan
88,33
Bakteri
10,83
Browning
0,83

Grafik Persentase jenis kontaminan pada eksplan buku mawar (%).






Tabel 4. Rata-rata waktu tumbuh tunas pada eksplan buku mawar (Mst).
Jenis Media
Waktu eksplan tumbuh tunas (mst)
a1
3,16
a2
3,00
a3
3,15
a4
3,19

Grafik Rata-rata waktu tumbuh tunas pada eksplan buku mawar (Mst).







Tabel 5. Rata-rata jumlah tunas pada eksplan buku mawar yang terkontaminasi.
Jenis Media
Rata-rata jumlah tunas pada minggu ke-
1
2
3
4
a1
1,00
1,00
1,00
1,63
a2
1,00
1,00
1,08
1,09
a3
0,00
1,00
1,23
1,46
a4
1,00
1,00
1,00
1,23

Tabel 6. Persentase eksplan buku mawar yang berkalus (%).
Jenis Media
Persentase eksplan yang berkalus (%)
a1
7,89
a2
16,13
a3
2,94
a4
9,68

Grafik Persentase eksplan buku mawar yang berkalus (%).









                                    



Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan yaitu kultur jaringan pada tanaman mawar. Sebelum kami melakukan penaburan terlebih dahulu kami melakukan sterilisasi alat dan eksplan untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Hasil yang didapat pada praktikum kali ini eksplan yang terkontaminasi pada  buku  mawar yang muncul pada minggu pertama dengan jenis media  a1  muncul  kontaminasi 41,86 %, pada media a2 muncul kontaminasi 18,60 %, media a3 muncul kontaminasi 34,88 %, dan pada media a4  muncul kontaminasi 27,91 %. Pada minggu kedua eksplan yang terkontaminasi pada  buku  mawar dengan jenis media  a1  muncul  kontaminasi 4,65 %, pada media a2 muncul kontaminasi 27,01 %, media a3 muncul kontaminasi 18,60 %, dan pada media a4  muncul kontaminasi 16,28 %.  Pada minggu ketiga eksplan yang terkontaminasi pada  buku  mawar dengan jenis media  a1  muncul  kontaminasi pada 13,95 %, pada media a2 muncul kontaminasi 16,28 % media a3 muncul kontaminasi 13,95 %, dan pada media a4  muncul kontaminasi 6,98 %. Sedangkan pada minggu keempat eksplan yang terkontaminasi pada  buku  mawar dengan jenis media  a1  muncul  kontaminasi  0,00 %, pada media a2 muncul kontaminasi 0,00 % media a3 muncul kontaminasi 4,65 %, dan pada media a4  muncul kontaminasi 9,30 %.
Pada tabel 2 menunjukkan rata-rata waktu eksplan buku mawar yang terkontaminasi yaitu pada media a1 1,54 Mst, media a2 1,96 Mst, media a3 1,84 Mst, dan media a4 1,96 Mst. Berdasarkan grafik rata-rata waktu eksplan buku mawar yang terkontaminasi menunjukkan bahwa kontaminasi pada media a1, a2, a3 dan a4 tidak berbeda nyata.
 . Pada eksplan dan media, kontaminasi sendiri disebabkan oleh jamur karena dapat terlihat secara jelas pada media dan eksplan muncul hifa-hifa dengan adanya garis – garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu – abu, spora berbentuk kapas berwarna putih. Jamur yang sering  mengkontaminasi media dan eksplan adalah jamur Aspergillus sp, Monilla sp dan Penicillium sp. Jamur/fungi merupakan organisme bersel lebih dari satu yang mempunyai hypha. Jamur sendiri merupakan sumber utama kontaminanSebagian besar  jamur bersifat non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang pada kondisi normal.
Pada praktikum yang kami lakukan jenis media yang kami gunakan yaitu media MS hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi dan suhu yang hangat hal ini menyebabkan mikroorganisme seperti jamur dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik bahkan bisa menyebabkan terjadinya kebusukan akibat terserang oleh jamur. Selain itu kontaminan sendiri bisa berasal dari bahan tanaman yang dikulturkan, karena adanya infeksi secara eksternal maupun internal. Usaha pencegahan kontaminasi eksternal dilakukan dengan sterilisasi permukaan bahan tanaman. Infeksi internal tidak dapat dihilangkan dengan sterilisasi permukaan.
Selain itu kontaminan sendiri bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja yang tidak steril, pelaksanaan/cara kerja saat penanaman yang kurang hati-hati, prosedur sterilisasi eksplan yang kurang tepat, molekul atau mikroorganisme yang jatuh kedalam botol kultur setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur. Selain itu, faktor sterilisasi ruangan juga sangat menentukan terhadap kontaminasi. Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi tidak steril pada saat musim hujan, sehingga dapat membawa masuknya jamur dari luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme.
Jadi hal yang penting yang harus diperhatikan dalam proses kultur jaringan terutama dalam proses penaburan adalah tahapan sterilisasi dan tahapan penaburan. Sterilisasi harus dilakukan dengan benar sehingga eksplan benar-benar steril dari berbagai macam bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan kontaminasi. Alat penaburan dan tempat penaburan juga harus steril.




           


KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kultur jaringan, maka didapat suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.    Hal yang  penting yang harus diperhatikan dalam proses kultur jaringan terutama dalam proses penaburan adalah tahapan sterilisasi dan tahapan penaburan
2.    Yang menyebabkan terjadinya kontaminasi sendiri adalah jamur. Selain itu, kontaminan sendiri bisa berasal dari bahan tanaman yang dikulturkan.


DAFTAR PUSTAKA
Arya Windujati. 2011. Kajian Penggunan Zat Pengatur Tumbuh Bap dan TDZ Dalam Kultur Jaringan Daun Tanaman Penghasil Gaharu ( Aquilaria malaccensis). Departemen Konservasi Sumber daya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Folta Kevin M 2009.Genetics and Genomics of Rosaceae. New York : Springer.

Gunawan L W 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Herawan, T. dan Y. Husnaeni. 2001. Perbanyakan Jati (Tectona grandis). Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon 5(2): 62-74. Puslitbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Mariska, I., Hobir, dan D. Sukmadjaja. 1992. Pengadaan bahan tanaman melalui bioteknologi kultur jaringan. Prosiding Temu Usaha Pengembangan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Jakarta, 2-3 Desember 1992. hlm. 121-135.

Marlina N 2004. Teknik Modifikasi Media Murashige & Skoog (MS) untuk konservasi secara in vitro mawar (Rossa sp). Jurnal Teknik Pertanian

Novita L 2008. Induksi Perakaran pada Tanaman Mawar (rosa hybrida) secara In Vitrohttp://digilib.biologi.lipi.go.id/view.html?idm=38597. Diakses pada 1 Mei 2015.

Rahardja, P.C (1995), Kultur jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern, Penerbit Swadaya, Bandung

Rukmana, Rahmat. 1995. Mawar. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Soekarno dan Nampiah. 1990. Mawar. Jakarta : Penebar Swadaya.

Wetherell DF, (1976). Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro: Seri Kultur Jaringan Tanaman. UGM Yogyakarta : Koensoemardiyah S


No comments:

Post a Comment