Labels

Wednesday, April 25, 2018

Limbah Lumpur kering kelapa sawit sebagai media tanam

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejalan dengan berkembangnya isu ”back to nature” untuk memenuhi permintaan produk pertanian organik dengan berbagai persyaratan yang semakin meningkat, banyak orang berupaya mengembangkan teknologi pemanfaatan bahan-bahan organik untuk digunakan sebagai pupuk. Melalui berbagai penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tanpa bahan organik, sistem pertanian akan bersifat rapuh (fragile), mudah berubah hanya dengan perubahan lingkungan yang kecil (Bergeret, 1987).
Abdoellah (2000) melaporkan bahwa dengan bertambahnya kekuatiran akan adanya pengaruh buruk terhadap kesehatan akibat pencemaran pupuk kimia, kini mulai ditingkatkan kembali penggunaan bahan organik, serta mengurangi penggunaan pupuk buatan (anorganik). Kecenderungan sistem seperti di atas menimbulkan sistem pertanian yang dikenal dengan sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan eksternal yang rendah. Disamping berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika tanah (sebagai soil conditioner), bahan organic juga membantu menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman meskipun dalam jumlah yang sedikit. Sifat fisik tanah yang baik akan menyebabkan penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman menjadi lebih mudah/lancar. Oleh karena itu, penambahan bahan organik akan mengurangi jumlah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam bentuk pemberian pupuk anorganik.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah padat pabrik kelapa sawit sebagai penambah jumlah unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya sangat pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk yaitu padat, cair dan gas. Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari proses basis pengolahan limbah cair (Utomo danWidjaja, 2004).

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian limbah lumpur kering kelapa sawit terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea) dan produktivitasnya serta dinamika total mikrob dan fungi dalam tanah.


ISI
Limbah Lumpur Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Pesatnya perkembangan kelapa sawit di Indonesia didukung oleh kondisi pedoagroklimatnya yang memang sangat sesuai untuk tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit juga memiliki keunggulan produktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sekitar 7 ton/ha produksi kelapa sawit, sedangkan kedelai menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha produksi kedelai (Elisabeth dan Ginting, 2003)
Selain produksi minyak yang tinggi, produk samping atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon (Utomo danWidjaja, 2004).
Pada umumnya, limbah cair kelapa sawit mengandung bahan organik yang cukup tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan kosong kelapa sawit, cangkang atau tempurung, serabut atau serat, dan sludge/lumpur.
Lumpur sawit merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses pemerasan dan ekstraksi minyak (Hutagalung dan Jalaluddin, 1982). Larutan buangan ini langsung dialirkan ke selokan, kolam, atau sungai di sekitar pabrik. Komposisi limbah lumpur sawit (sludge) di pabrik kelapa sawit Kertajaya adalah air ± 84.87%, padatan ±13.31% dan minyak ±1.82%.
Kandungan lemak dan protein yang relatif tinggi tersebut menjadikan limbah lumpur sawit (sludge) dan serat merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Limbah lumpur kering kelapa sawit yang terdiri dari sludge dan serat cukup potensial untuk diolah lebih lanjut. Salah satu pemanfaatannya adalah sebagai pakan ternak. Dalzell (1978) setelah melakukan penelitian dengan menambahkan limbah kelapa sawit pada makanan sapi , akhirnya menyimpulkan bahwa limbah kelapa sawit merupakan bahan pakan yang potensial, selain itu juga dapat mengatasi masalah polusi dan memberi nilai tambah pada pabrik pengolahan kelapa sawit.
Tabel 1. Komposisi kimia limbah lumpur sawit (sludge) kelapa sawit Analisa
Proksimat
% Berat Kering
(Davendra, 1977)
(Sutardi, 1991)
Bahan Kering
90.00
93.10
Abu
11.10
12.00
Protein Kasar
9.60
13.30
Lemak
21.30
18.85
Serat Kasar
11.50
16.30
Beta N
46.50
39.55
TDN

74.00




Tabel 2. Analisis kimia tanah dan limbah lumpur kering kelapa sawit
Analisis
pH
N-Total
(%)
P-Tersedia
(ppm)
K-dd
(me/100gr)
C-Organik
(%)
Tanah
4.2
0.11
3.58
0.13
1.42
Limbah Lumpur Kering
4.1
0.40
0.06
0.76
2.58

Botani sawi
Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tanaman sawi berbeda dengan petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga bisa ditanam di dataran rendah batang sawi lebih ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan berkelompok dengan daun putih kehijauan. Sawi yang banyak ditanam di Indonesia sebenarnya dikenal dengan nama caisim (Nazaruddin, 2003).
Tanaman sawi dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Angiospermae (Divisi), Dicotyledoneae (kelas), Cruciferae ( Famili), Brassica (Genus) dan Brassica juncea (Spesies) (Bailey, 1963). Suku Cruciferae merupakan sayuran paling populer dan diusahakan secara luas (Williams, 1993).
Tanaman sawi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bentuk batang yang pendek, tegap dan daunnya lebar berwarna hijau tua. Daun-daunnya mempunyai tangkai yang pipih (Suryono dan Rismunandar, 1981); akarnya tunggang serta biji sawi berbentuk bulat pipih dan berwarna kuning kecoklatan (Rubatzky, 1999).
 Perbanyakan tanaman sawi dilakukan dengan biji. Kebutuhan benih sawi per hektar hanya 700 g. Sebelum dikebunkan biji sawi harus disemaikan dahulu. Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat dipindahkan ke lahan (Nazaruddin, 2003).








KESIMPULAN
Penambahan limbah lumpur kering kelapa sawit ke dalam media tanam tanaman sawi (Brassica juncea) mampu menggantikan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sawi untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Dinamika populasi total mikroorganisme dan total fungi sebagian besar mengalami kenaikan tetapi ada juga beberapa perlakuan yang mengalami penurunan.



DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, P. 2000. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Bogor. (www.wikipedia. com). Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2017.

Bergeret, A. 1987. Sistem Produksi Menurut Pendekatan Ekologis Dalam Ekofarming Bertani Selaras Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Dalzell, R. 1978. A case Study on The Utilization of Effluent and by Products of Oil Palm by cattle and Buffaloes on an Oil Palm Estate. Malaysian Agriculture Research and Development Institute. Serdang-Selangor.

Davendra, C. 1977. Utilization of Feeding Stuffs from The Oil Palm Feeding Stuffs for Livestock in south East Asia. Malaysian Agriculture Research and Development Institute. Serdang-Selangor.

Ellisabeth, J dan S. Ginting. 2003. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bengkulu. Bengkulu.

Hutagalung, R dan Jalaluddin. 1982. Feeds for Farm Animal from The Oil Palm. Dept. of Animal Science University.

Nazaruddin. 2003. Sayuran Dataran Rendah, Cetakan ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Utomo, B dan E. Widjaja. 2004. Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai sumber nutrisi ternak ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangkaraya. (http://www.pustakadeptan. go.id/publikasi/p3231044.pdf). Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2017

Rubatzky, V. 1999. Sayuran Dunia II. Catur Herison (penerjemah). ITB-Press. Bandung.

Williams, C. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 

No comments:

Post a Comment