PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim selulase merupakan enzim yang dapat
menghidrolisis ikatan β(1-4) pada selulosa. Adanya selulosa dalam suatu
substrat dapat menginduksi terbentuknya enzim selulase oleh mikroorganisme
selulolitik. Mikroorganisme selulolitik yang dapat digunakan untuk menghasilkan
enzim selulase misalnya kapang Aspergillus niger (Ul-haq et al. 2005).
Substrat yang digunakan untuk memproduksi
enzim selulase adalah substrat berbahan lignoselulosa. Substrat lignoselulosa
yang telah diteliti dengan kapang A. Niger yaitu jerami padi (Sa’adah et al.
2008), serbuk gergaji kayu (Guruchandran & Sasikumar 2010; Acharya et al.
2008), ampas tebu (Guruchandran & Sasikumar 2010), tandan pisang
(Retnoningtyas et al. 2006), jerami gandum (Jecu 2000), kulit gandum (Jecu
2000), dan ampas singkong (Pothiraj et al. 2006).
Ampas sagu merupakan bahan lignoselulosa yang
berasal dari empelur sagu yang telah diambil patinya. Kandungan pati yang terdapat
dalam empelur sagu hanya 18,5% dan sisanya 81,5% merupakan ampas sagu. Ampas
sagu mengandung selulosa sebesar 20% dan lignin sebesar 21% (Kiat 2006).
Ampas sagu adalah limbah perkebunan yang saat
ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan ampas sagu hanya
sebatas pada pakan ternak saja. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dapat
dimanfaatkan untuk memproduksi enzim selulase. Saat ini, enzim selulase
digunakan secara luas dalam industri makanan, tekstil, pulp dan kertas serta
biofuel (Nakari & Pentilla 1996; Sukumaran et al. 2005).
Fermentasi padat dapat digunakan untuk
memproduksi enzim selulase. Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi
yang berlangsung dalam substrat tidak terlarut tetapi mengandung air yang cukup
sekalipun tidak mengalir bebas (Dharma 1992). Terdapat beberapa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi proses fermentasi seperti kadar air, pH, dan waktu
fermentasi.
Kadar air merupakan faktor penting dalam
fermentasi padat. Kadar air berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme,
biosintesis, dan sekresi enzim (Alam et al. 2005). Faktor lainnya adalah pH
yang merupakan salah satu faktor dalam pertumbuhan mikroorganisme. Pengaturan
pH sangat penting agar mikroorganisme yang ditumbuhkan dapat menghasilkan
produk yang optimal (Gandjar 2006). Selain itu, waktu fermentasi juga
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme karena mikroorganisme mengalami beberapa
fase pertumbuhan (Darwis et al. 1995).
Pengaruh dari kadar air, pH, dan waktu fermentasi untuk menghasilkan enzim
selulase pada ampas sagu oleh A. niger belum diketahui. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor faktor ini terhadap
aktivitas enzim selulase.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui gram dari yeast tape singkong dan pada tape
singkong itu sendiri yang sebelumnya
sudah difermentasikan selama beberapa hari.
TINJAUAN PUSTAKA
Selulosa
Selulosa adalah salah satu komponen
utama dari lignoselulosa yang terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat
pada ikatan 1,4-glikosidik. Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui
ikatan inter dan intra molekuler sehingga memberikan struktur yang larut.
Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe, yaitu kristalin dan amorf. Selulosa adalah karbohidrat yang
paling melimpah dan mudah diperbarui. Akhir-akhir ini, banyak peneliti
mengungkapkan bahwa limbah yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai
sumber gula yang murah dan mudah didapat untuk menggantikan bahan pati dalam
proses fermentasi (Graf & Koehler, 2000). Sumber selulosa yang dapat
digunakan diantaranya adalah sisa-sisa produk pertanian dan hasil hutan, kertas
bekas, dan limbah industri (White, 2000).
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan salah satu
penyusun dinding sel tumbuhan selain selulosadan lignin, yang terdiri dari
kumpulan beberapa unit gula atau disebut heteropolisakarida, dan dikelompokkan
berdasarkan residu gula utama sebagai penyusunnya seperti xylan, mannan, galactan dan glucan. Hemiselulosa
terikat dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih mudah larut dibandingkan dengan selulosa.
Lignin
Lignin adalah bagian utama dari
dinding sel tanaman yang merupakan polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin
yang merupakan polimer aromatik berasosiasi dengan polisakarida pada dinding
sel sekunder tanaman dan terdapat sekitar 20-40% .Komponen lignin pada sel
tanaman (monomer guasil dan siringil) berpengaruh terhadap pelepasan
dan hidrolisis polisakarida
(Anindyawati, T. 2009).
Enzim-Enzim
Pendegradasi Lignoselulosa
Selulase
Selulase dapat diproduksi oleh fungi,
bakteri, dan ruminansia. Produksi
enzim secara komersial biasanya menggunakan fungi atau bakteri. Fungi yang bisa
menghasilkan selulase antara lain genus Tricoderma,
Aspergillus, dan Penicillium Sedangkan bakteri yang bisa menghasilkan selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus,
Micrococcus, Cellovibrio, dan Sporosphytophaga
(Sa’adah dkk.,2007).
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies kapang
potensial yang memiliki kemampuan
selulolitik. Aspergillus niger dapat
tumbuh dengan cepat, diantaranya digunakan secara komersial dalam produksi asam
sitrat, asam glukonat, pembuatan enzim
amylase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase. Aspergillus niger
dapat tumbuh dengan suhu 35ºC - 37ºC (optimum), 6ºC - 8ºC (minimum), 45ºC -
48ºC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (Fransiska C Sinaga et al.
2012:2). Karena kemampuan selulolitiknya, kapang Aspergillus niger ini dapat ditumbuhkan pada media yang kaya dengan
selulosa sebagai contoh adalah jerami padi. Jerami padi merupakan limbah
pertanian terbesar di Indonesia. Produksi per hektar sawah bisa mencapai 12-15
ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman.
Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak baru mencapai 31-39 %,
sedangkan yang dibakar atau dimanfaatkan sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-
16 % digunakan untuk keperluan industri (Safan. wordpress. com, dalam Zulfatus
Sa’adah 2008:2).
Kapang Aspergillus niger
Kapang (bahasa Inggris mold) merupakan
anggota regnum Fungi (Kerajaan Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan
makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang
merupakan anggota dari kelas Ascomycetes.
Aspergillus niger merupakan salah
satu spesies Aspergillus yang tidak
menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan (Gras, dalam Yanti Maryanti
2008:1). Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan Aspergillus niger, disamping tidak
membahayakan juga mudah untuk dikembangkan. Aspergillus
niger dalam proses pertumbuhannya memerlukan oksigen yang cukup (aerobik).
Spesies ini kosmopolit di daerah tropis dan subtropics dan mudah di isolasi
dari tanah, udara, air, rempah rempah,
kapas, tebu, kapas, buah-buahan, ketimun, kopi, teh, coklat serta seresah
tanah.
Aspergillus
niger mempunyai hifa berseptat, memiliki koloni atau bulu dasar berwarna
putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat sampai
hitam pada media Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25°C. Konidiospora yaitu spora
yang terjadi karena ujung suatu hifa
terbelah-belah seperti tasbih (D. Dwidjoeputro, 2003: 148). Kepala konidia
berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih
longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora
memiliki dinding yang halus, hialin
juga berwarna coklat.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalm praktikum kali ini antara lain
ampas sagu, media PCA, roti basi, alkohol 96%, urea, (NH4)2SO4,
KH2PO4, MgSO47H2O, CaCl2
H2O, 0,1 M NaOH, 0,1 M HCL, Tween-80 dan aquades
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini
antara lain ayakan 35 mesh, tabung reaksi, cawan petri, kawat ose, gelas beker,
pipet tetes, ph meter/lakmus paper, autoclave, sentrifuse, lemari es dan oven
Metode
1. Preparasi sampel
Sebelum
digunakan ampas sagu diperas dan dikeringkan pada suhu 105oC selama
6 jam. Selanjutnya ampas sagu kering dihaluskan dan diayak dengan ayakan 35
mesh.
2.
Pembenihan inokulasi (Aspergilus
niger dari roti)
Pembenihan
dilakukan pada media PCA secara zigzag
dengan menggunakan kawat inokulasi didalam tabung reaksi dan cawan petri secara
aseptik. Mikroba diinokulasi pada suhu 30oC selama 120 jam.
3.
Pembuatan larutan nutrisi
Larutan
nutrisi merupakan larutan yang berfungsi untuk menyediakan unsur-unsur yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Kemudian ditimbang urea (3 g/l),(NH4)2SO4
(10 g/l), KH2PO4(3 g/l), MgSO4 7H2O
(0,5 g/l), CaCl2 H2O (0,5 g/l) (singhania et al, 2006) dan diaduk hingga larut
dalam 1 liter aquades dalam gelas beker. pH awal larutan nutrisi diukurdan
diatur hingga diperoleh pH sebesar 3,4,5 dan 6 dengan penambahan 0,1 M NaOH
atau ),1 M HCL.
4.
Produksi Enzim selulase
Ampas
sagu sebanyak 5g dimasukkan kedalam wadah Fermentasi dengan menambahkan larutan
nutrisi pH 3 sehingga diperoleh kadar air sebesar 40, 55, 70, dan 85 %. Media
disterilkan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 20 meni. Kemudian
media didinginkan. Blok agar ukuran (1x1) cm diambil dari cawan petri yang
berisi jamur berumur 7 hari digunakan sebagai inokulum. Satu blok agar
diinokulasi kedalam tiap wadah fermentasi yang mengandung substrat (Pothiraj et al, 2006). Selanjutnya diinkubasipada
suhu ruang dengan waktu fermentasi 4,6,8 dan 10 hari. Hal yang sama juga
dilakukan pada larutan pH 4,5 dan 6.
5.
Ekstraksi Enzim Selulase
Ekstraksi
enzim selulase dilakukan dengan menambahkan 100 ml akuades yang mengandung 0,1
% Tween-80 kedalam ampas sagu fermentasi dan dikocok pada 150 rpm selama 2 jam
pada suhu ruang. Selanjutnya, disentrifugasi pada 3.000 rpm selama 10 menit.
Supernatan yang diperoleh digunakan sebagai ekstrak enzim kasar (Szendefy et al, 2006). Supernatan merupakan hasil
filtrat sentrifugasi. Ekstrak enzim kasar disimpan dalam lemari eshingga siap
digunakan untuk pengukuran selanjutnya.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu
tanggal 22 Mei 2017 bertempat di Laboratorium Teknologi Produksi Gedung 3
Fakultas Pertanian Universitas Lambunng Mangkurat Banjarbaru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil yang
didapatkan dari praktikum kali ini yaitu :
Tabel 1. Larutan Glukosa
Standar
No.
|
C Glukosa standard (M)
|
Absorbansi (A) pada
540 nm
|
1
|
0
|
0,147
|
2
|
0,0005
|
0,116
|
3
|
0.0010
|
0,459
|
4
|
0,0020
|
0,992
|
5
|
0,0025
|
1,483
|
Gambar 1. Kurva
Kalibrasi Standar λ 540 nm
Persamaan
regresi linier Y = 524,91x – 0,0005
Absorbansi yang diperoleh dari : pH 3 = 0,484
pH 4 = 0,631
pH 5 = 0,739
pH 6 = 0,788
enzim β amilase = 2,043
Waktu inkubasi : 60 menit
Faktor
Pengenceran : 5 kali
Glukosa yang
dihasilkan pH 3 : Y=524,91x-0,0005
Y=absorbansi
X=glukosa yang
dihasilkan
Y = 524,91x – 0,0005
0,484 =524,91x – 0,0005
524,91x = 0,484 + 0,0005
X =
X = 0,00092 μg/ml
Aktivitas enzim seulase pH 3 =
=
=
=
0,00008 U/ml
Glukosa yang dihasilkan pH 4 : Y = 524,91x –
0,0005
Y = absorbansi
x = Glukosa yang dihasilkan
Y =
524,91x – 0,0005
0,631 =
524,91x – 0,0005
524,91x = 0,631+ 0,0005
X =
X = 0,00010 μg/ml
Aktifitas enzim selulase pH 4 =
=
=
=
0,00010 U/ml
Glukosa yang dihasilkan pH 5 : Y = 524,91x –
0,0005
Y = absorbansi
x = Glukosa yang dihasilkan
Y =
524,91x – 0,0005
0,739 =
524,91x – 0,0005
524,91x = 0,739+ 0,0005
X =
X = 0,00012 μg/ml
Aktifitas enzim selulase pH 5 =
=
=
=
0,00012 U/ml
Glukosa yang dihasilkan pH 6 : Y = 524,91x –
0,0005
Y = absorbansi
x = Glukosa yang dihasilkan
Y =
524,91x – 0,0005
0,788 =
524,91x – 0,0005
524,91x = 0,788+ 0,0005
X =
X = 0,00013 μg/ml
Aktifitas enzim selulase pH 6 =
=
=
=
0,00013 U/ml
Glukosa yang dihasilkan enzim β amilase
(komersil) : Y = 524,91x – 0,0005
Y = absorbansi
x = Glukosa yang dihasilkan
Y =
524,91x – 0,0005
2,043 = 524,91x – 0,0005
524,91x = 2,043+ 0,0005
X =
X = 0,00032 μg/ml
Aktifitas enzim selulase pH 4 =
=
=
=
0,00032 U/ml
Pembahasan
Laporan praktikum
mikrobiologi agronmi kali ini adalah produksi enzim selulase oleh Aspergilus niger pada ampas Sagu. Dalam
memproduksi enzim ada beberapa cara yang bisa digunakan, ada yang menggunakan
metode mekanik ada yang menggunakan metode non mekanik. Dalam praktikum kali ini yang digunakan adalah
metode non mekanik karena hanya menggunakan alat-alat lab sederhana dalam
pembuatannya. Pada proses pembuatannya terlihat hasil enzim yang didapat
dengan aktifitas paling tinggi yaitu
pada pH 6. Jika diibandingkan dengan enzim komersil , maka persentase aktifitas enzim yang dihasilkan dalam
praktikum ini yaitu 40,6 % untuk mendekati tingkat aktifitas enzim komersil .
dengan metode yang sederhana dan peralatan laboratorium yang terbatas dapat
menghasilkan enzim dengan tingkat
aktifitas seperti tadi. Jadi tidak menutup kemungkinan apabila peralatan laboratorium lebih memadai
dan menggunakan bahan-bahan yang sama, hasil aktifitas enzim yang didapatkan
mampu bersaing dengan enzim komersil yang diproduksi skala industri.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil
pengamatan aktifitas enzim terbaik terdapat pada isolat enzim dengan pH 6. Hal
tersebut menandakan enzim dapat berkeja optimum dengan pH mendekati netral.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, P.B., Acharya, D.K & Modi, H.A.
2008. Optimization for cellulose production by Aspergillus niger using saw dust
as substrat. Afr J Biotechnol 7: 4147–4152.
Alam, M.Z., Nurdina, M & Mahmat, M.E.
2005. Production of cellulase from oil palm biomass as substrate by solid state
bioconversion. American J Applied Sci 2(2): 569– 572
Darwis, A.A., Sailah, I., Irawadi, T.T &
Safriani. 1995. Kajian kondisi fermentasi pada produksi selulase dari limbah
kelapa sawit (tandan kosong dan sabut) oleh Neurospora sitophila. J. Teknologi
Industri Pertanian 5(3): 199–207
Dwidjoeputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Percetakan Kerya Unipress. Jakarta. Hal.148.
Fransiska C Sinaga. 2012. Pengaruh Ph Dan Inokulum Pada Pemanfaatan
Limbah Kulit Nenas Untuk Produksi Enzim Selulase. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik Universitas Riau
Kiat, L.J. 2006. Preparation and characterization of carboxymethyl sago
waste and its hydrogel. Tesis. Serdang: Universiti Putra Malaysia.
untuk lebih lengkapnya silahkan download filenya langsung
No comments:
Post a Comment